Rabu, 19 Oktober 2011

Pahlawan - Pahlawan Kecil Penuntun Indonesia Bebas Korupsi


            Seorang wakil lurah sangat ingin menjadi seorang lurah. Sedangkan seorang wakil Bupati, sangat ingin menjadi seorang Bupati, dan bahkan seorang wakil Gubernur sekalipun, sangat mendambakan ingin menjadi seorang Gubernur. Tapi apakah seorang wakil rakyat, mau untuk turun dan berbaur dengan rakyatnya? Sebuah persoalan lama yang sampai saat ini masih menghantui jiwa-jiwa busuk & kotor dari seorang wakil rakyat.”


            Kembali negara kita dihadapkan dengan sebuah cobaan. Walaupun kita sudah 6 kali berganti Presiden, dari Soekarno, Soeharto, Habibi, Gus Dur, Megawati, dan Soesilo Bambang Yudhoyono, tak pelak menahkodahi Indonesia menuju tempat yang

Kamis, 13 Oktober 2011

5 Menit Saja Cobaanmu Ya Allah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
            Hari ini tanggal 29 Agustus 2011, tepat sehari sebelum hari raya idul fitri 1432 H. Hari adalah saat-saat terakhir kita semua berpuasa dibulan ini. Tak terasa, sudah satu bulan penuh kita menjalani ibadah puasa dibulan yang sangat mulia ini. Dan besok adalah hari dimana kita semua mengucapkan takbir untuk melaksanakan sholat Idul Fitri bersama.
            Namun, sebelum itu semua, ada tradisi yang

Sabtu, 08 Oktober 2011

Communitya Development

Apa dan Bagaimana Community Development
Dalam arti sempit istilah masyarakat menujuk pada sekelompok orang yang tinggal dan berinterkasi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti desa, kelurahan, kampung atau rukun tetangga. Masyarakat dalam arti sempit biasanya disebut komunitas atau community. Dalam arti luas, masyarakat menunjuk pada interaksi kompleks sejumlah orang yang memiliki kepentingan dan tujuan bersama meskipun tidak bertempat tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu. Masyarakat seperti ini bisa disebut sebagai

Rabu, 21 September 2011

Ibu Masiah ditengah Shelter 2 Gondang

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

            Bismillahirrohmanirrohim. . .
Ibu Masiah ditengah Shelter 2 Gondang
            Ketika saya menulis kisah ini, saya merasa berdosa, karena hanya bisa mengingat pengalaman itu, tapi tidak bisa bertindak apa-apa, karena terkendala masalah jangkauan yang cukup jauh, tapi saya mencoba sedikit berbagi kisah tentang apa yang

Rabu, 14 September 2011

Peran Pemuda Untuk Masa Depan Kita !!!

Berkata tentang pemuda, maka kita akan selalu teringat akan seorang mahahasiswa. Karena Indonesia mengenal pemuda saat ini dengan para mahasiswa yang berada dikampus ataupun yang berada pada perguruan tinggi. Tapi tidak menutup kemungkinan ketika berbicara mengenai pemuda maka kita hanya mengatakan para pemuda adalah dari kalangan mahasiswa, karena seseorang yang telah berumur 17 hingga 30 tahun masih bisa dikatakan sebagai seorang pemuda meskipun ia sedang tidak menempuh bangku perkuliahan atau menjadi seorang mahasiswa.
Akan tetapi bukan itu menjadi inti dari peran pemuda. Pemuda memiliki peran yang sangat signifikan bagi semuanya, karena dari pemuda akan berdampak pada diri mereka sendiri, lingkungan keluarga dan sekitar, bahkan berlandaskan dari para pemuda saat ini akan berdampak pada negara dan dunia kedepannya. Karena para  pemuda adalah bibit pembaharu yang akan tumbuh dimasa depan dan kemudian  akan memberikan dampak pada sekitarnya. "Pemuda Hari Ini, Pemimpin Masa Depan", ya, ini adalah slogan yang tepat bagi semua orang yang ingin mengetahui apa dan bagaimana peran pemuda itu. Pemuda adalah bibit pemimpin dimasa depan, entah itu memimpin diri sendiri, keluarga, lingkungannya, bahkan pemuda saat ini bisa saja memimpin negara yang kita cintai dimasa depan.
Pemuda sebagai salah satu pilar “civil society” yang terdidik, secara kodratnya  memiliki tanggung jawab moral untuk membawa masyarakat ke alam kehidupan yang lebih baik dan demokratis. Secara rasional tidak bisa dipungkiri bahwa pemuda  adalah penerjemah dan pencari solusi atas merebaknya kegelisahan sosial yang ada dimasyarakat.
Namun, menjadi seorang pemuda tidak segampang pandangan orang saat ini, karena kepada para pemudalah terdapat masa depan sebuah bangsa. Pemuda diharapkan dapat membawa negara beserta isinya menuju kearah yang lebih baik, menuju kearah kesejahteraan yang dinanti oleh bangsa negaranya. Karena dipundak pemuda saat inilah kita hanya berharap.
Namun, kita tidak hanya bisa berharap begitu saja, kita juga harus turut berperan aktif dalam mempersiapkan pemuda hari untuk dapat mempertanggungjawabkan perannya dimasa depan. Kita tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu para pemuda bergerak dan mempersiapkan semua bekalnya sendiri, tapi kita semua juga beratnggungjawab akan hal itu. Kita harus bisa mempersiapkan bahkan mengarahakan pemuda pada hal-hal yang kita harapkan nantinya. Karena, pemuda hari ini adalah gambaran pemuda dikemudian hari. Jika kita hanya melepas begitu saja pemuda hari ini dalam ke-egoisan dan membiarkan mereka menjadi apatis terhadap nengaranya, maka dapat dipastikan negara 20 hingga 30 tahun mendatang akan diisi oleh para pemimpin yang apatis dan egois terhadap negaranya.
Maka dari itu, kita harus bisa sadar terlebih dahulu akan pentingnya peran pemuda dimasa depan. Bahwa para pemuda saat ini akan menjadi nahkoda yang akan mengarahkan kemana arah yang akan kita tuju nantinya. Kemudian menjadi tanggungjawab kita untuk dapat menyadarkan tentang betapa pentingya peran pemuda saat ini dimasa depan bagi bangsa dan negaranya.
Jangan sampai para pemuda menjadi apatis dan egois terhadap bangsa dan negara bahkan diri mereka sendiri. Kita harus dapat membentuk idealisme dari para pemuda agar lebih peduli terhadap masa depan bangsanya. Idealisme mereka harus kuat dan jelas, yaitu membawa bangsa dan negara kearah yang lebih baik dan sejahtera. Peran pemuda sangat dibutuhkan, bukan hari ini, tapi dimasa depan. Tapi yang perlu dilakukan oleh para pemuda hari ini adalah mempersiapkan sedini mungkin apa sekiranya mereka perlukan dimasa depan. Semoga nantinya kita dapat melihat para pemuda dapat menjalankan perannya dengan baik dan benar. Pemuda Hari Ini, Pemimpin Masa Depan.

Bayu Rizky Aditya

Senin, 12 September 2011

BEGITU SEDERHANA . . .
KERETA MATARMAJA KU DAN  PEJABAT NEGARA KU


Kereta Matarmaja, mungkin sudah tidak asing lagi bagi para Mahasiswa dan masyarakat,baik kalangan atas,sedang,maupun bawah. Namun, kemungkinan tidak semua fakta tentang matarmaja mereka ketahui,yang diketahui hanya tentang sebuah kereta yang padat penumpang. Matarmaja jika untuk tujuan jarak terdekat, semisal Malang-Kediri tarifnya mengikuti Malang-Madiun,dan seterusnya mengikuti DOP(daerah operasional) terdekat dengan DOP sebelumnya. meski matarmaja adalah kereta dengan tarif jarak jauh dan kereta ini adalah kereta ekonomi spesialis jurusan Malang-Jakarta dan Sebaliknya.Kereta ini adalah yang paling diminati masyarakat ketika musim mudik ataupun hari biasa.
Sudah keempat kalinya saya dari Kertosono ke Malang menggunakan kereta Matarmaja,dan keempatkalinya pula saya disuguhkan dengan berbagai problematika yang jika secara filsuf dapat dikatakan sebagai miniatur pejabat birokrat Indonesia saat ini, diantaranya dari Kertosono jadwal kedatangan kereta matarmaja adalah pukul 02.20 tapi faktanya adalah pukul 03.15 terkadang sampai 03.30 *apa masih ada pejabat birokrat yang datang on-time sesuai jadwal?* Kemudian kereta seperti tempat pengungsian,penuh,jumlah penumpang diluar kapasitas,tak sedikit yang berkeleleran ditengah ,diantara kursi penumpang yang seharusnya digunakan untuk jalan,bahkan ada yang tidur disitu juga,dan yang paling parah ketika penumpang sangat melebihi kuota  mereka menggunakan atap kereta dan toilet untuk ditempati * ibarat banyaknya jumlah pejabat menambah jumlah banyaknya masyarakat miskin*. Sudah tiga kali saya naik matarmaja tanpa membeli tiket,dan memilih untuk membayar diatas,langsung pada kondekturnya,dan hasilnya,kondekturpun tak keberatan,padahal saya membayar kurang dari separuh harga tiket resmi,bahkan pernah juga kondektur merasa pemberian dari saya terlalu berlebih *prinsip pejabat, “tak pernah menolak uang darimanapun sumbernya,yang penting uang”*. Dan baru yang keempat kalinya, saya mulai “insaf”, naik matarmaja dengan membeli tiket resmi, seharga Rp.37.500 termasuk juga jaminan asuransi.
Sekian secuplik ketikan dari saya, semoga kawan-kawan bisa mengambil hikmah dan mengambil sikap positif dari hal ini,semoga bermanfaat bagi saya dan kawan-kawan.


NGANJUK, 3 SEPTEMBER 2011

Sabtu, 10 September 2011

Gerakan Nilai Sebagai Ciri Khas Gerakan Mahasiswa dalam Memperjuangkan Reformasi Total Tumpah Darah Indonesia


Cermin Perpolitikan Indonesia, Cermin Masa Depan Negaraku :
Gerakan Nilai Sebagai Ciri Khas Gerakan Mahasiswa dalam Memperjuangkan Reformasi Total Tumpah Darah Indonesia


              Ketika membahas perpolitikan di Indonesia, tak akan habis kata yang terucap, tak akan habis waktu tuk membahasnya. Terlalu banyak tumpang tindih kepentingan pribadi maupun golongan di dalamnya, alih-alih menemukan untuk kepentingan rakyat. Di mana suhu perpolitikan kadang memanas, kadang mendingin, tak menentu. Kesemuanya sangat berpengaruh pada kondisi kestabilan dari pemerintahan negara ini.
              Perpolitikan Indonesia sangat berkembang dimulai dari  masa proklamasi hingga kini. Di mana wajah perpolitikan tercoreng dengan hadirnya kader-kader politik dadakan yang kebanyakan tidak pernah ditempa dengan baik mengenai perpolitikan itu sendiri. Kemudian terjadilah konspirasi media yang tak terelakkan demi melanggengkan kekuasan di dunia perpolitikan Indonesia. Di mana banyak media disetir demi memberikan citra yang positif di mata masayarakat zamrud katulistiwa. Ironi, namun itulah kenyataan yang terjadi. Ketika ada uang, maka segala apapun bisa dihalalkan.
              Betapa moral sangat mempengaruhi perpolitikan, betapa perpolitikan sangat mempengaruhi masa depan negara ini. Karena keadaan politik saat ini, akan menentukan Indonesia kedepan. Karena politik menjadi suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Inilah politik, dengan berbagai sandiwara di dalamnya. Mengingat kekuasaan tanpa adanya landasan moral maka akan berdampak buruk bagi tatanan hidup dalam bernegara dan berbangsa.
              Maka itulah, dibutuhkan jiwa-jiwa baru pembawa perubahan dalam perpolitikan Indonesia, maka inilah tugas Mahasiswa. Karena bila dianalisis, aktifitas pergerakan mahasiswa seperti demonstrasi, orasi, seminar, kongres, pernyataan sikap, tuntutan dan lain-lain, sebenarnya merupakan aktifitas politik. Semua itu merupakan sarana komunikasi politik lisan dan tulisan. Jadi secara jujur tak bisa dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa merupakan gerakan politik. Namun, gerakan politik seperti apakah yang layak dimainkan pergerakan mahasiswa? Apa yang membedakannya dengan partai politik? 
              Partai politik merupakan gerakan politik kekuasaan (power political movement) dimana penetapan agenda dan target politik maupun pemilihan kawan dan lawan politik semata-mata hanya sebagai urusan taktis dan strategis dalam memperkuat pengukuhan posisi politik di percaturan kekuasaan sekarang maupun pada masa depan. Sedangkan gerakan mahasiswa memiliki ciri khas gerakan politik nilai (value political movement) yang melakukan penetapan agenda dan target politik maupun pemilihan kawan dan lawan politik tidak sebagai urusan taktis dan strategis untuk memperkuat posisi politik dalam  percaturan kekuasaan sekarang maupun pada masa depan. Sehingga gerakan mahasiswa dengan luwes menghindar dari jebakan dan manipulasi kepentingan elite maupun partai politik tertentu karena gerakan politik nilai ini menetapkan sejumlah agenda dan target politik baru. Dengan pertarungan gagasan, mahasiswa sekarang secara bersama bahu membahu, bersatu dalam membela dan mengawal reformasi total yang dicita-citakan.
              Rico Marbun (Mantan Ketua BEM UI yang menuntut Megawati mundur) berpendapat Gerakan Mahasiswa justru merupakan gerakan politik dan tidak perlu takut untuk menegaskan gerakan mahasiswa sebagai gerakan politik ekstra parlementer. Gerakan mahasiswa memiliki tanggung jawab secara politis atas bangsanya yang sedang dalam sakaratul maut dan mereka dituntut untuk melakukan gerakan politik secara aktif dan masif. 
              Karena inilah jati diri mahasiswa sebenarnya seperti yang telah digambarkan Lewis Coser bahwa mahasiswa sebagai ”yang tidak pernah puas dengan kenyataan sebagaimana adanya…mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada zamannya dan mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas”. Inilah pergolakan jiwa mahasiswa dalam menuntut tegakanya reformasi total.
              Tak cukup peran  mahasiswa sebagai director of change, social control, mapun iron stock. Namun mahasiswa dituntut sebagai pelurus bangsa yang berpolitik nilai. Karena mau tak mau mahasiswa kelak adalah pemimpin masa depan bangsa. Pelurus dalam kelengkungan-kelengkungan moral bobrok bangsa. Mahasiswa adalah kaum elite dari masyarakat, di mana mahasiswa mendapat beban moral sebagai penyambung lidah rakyat ketika pemerintah tak lagi berhati nurani. Mahasiswa sebagai generasi dan pelurus bangsa kedepannya harus sanggup menggantikan kekuasaan golongan tua yang pada hari ini  dalam memimpin dianggap memilik dosa-dosa masa lalu yang menjadikan mereka gagap melakukan reformasi dalam rangka transisi demokrasi total. Maka Mahasiswa harus siap dengan gerakan politik nilai ini dan harus siap dengan konsekuensi seperti yang disampaikan Imam Syafi’I : “Apabila orang muda terlalu cepat tampil menjadi pemimpin, maka ia akan kehilangan banyak waktu untuk ilmu!”. Meskipun demikian, bukan hal yang mustahil mahasiswa mengakselerasi kematangannya melalui tradisi ilmiah dan pergolakan sosial perpolitikan yang kental. 
              Ingatkah dengan penggalan lirik “Totalitas Perjuangan” yang sering digaungkan oleh mahasiswa? Terdapat bait “Kepada pewaris peradaban...yang telah menggoreskan...sebuah catatan kebanggaan...di lembar sejarah manusia” betapa bermaknanya bait ini, betapa sangat dibutuhkannya peran mahasiswa sebagai pewaris peradaban dalam menorehkan tinta emas pada lembar sejarah peradaban bangsa Indonesia.
Wahai pemuda bangsa, Indonesia membutuhkanmu!

Kamis, 08 September 2011

Apakah ini hanya mimpi??

Indonesia, ya, negeri zambrut yang terkenal di seluruh dunia akan keindahannya. Lautnya yang biru, kaya akan keindahan  terumbu karang yang tidak ada duanya di dunia, kaya akan hasil laut yang begitu melimpah. Hutannya yang begitu hijau, merupakan salah satu laboratorium biologi di dunia. Hewan khas yang begitu memukau. Mamalia hingga berbagai macam burung yang memiliki bulu warna-warni yang sangat indah yang berkicau nan anggun.
Indonesia, negeri seribu pulau, dengan 5 pulau terbesar yang sungguh kaya akan sumberdaya alamnya yang tidak akan habis dan akan dinikmati sampai cucunya cucuku nanti. Tanahmu begitu subur, tumbuhan apapun dapat tumbuh disana.
Indonesia, ya, negeri seribu suku budaya dan bahasa. Engkau punya masyarakat yang sangat ramah, rukun, santun dan aman. Engkau mempunyai pemerintahan yang sangat tertib dan menjunjung tatakrama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakatmu tentram hidup berdampingan,dan semua mendapatkan pendidikan, kenyamanan hidup dengan baik, sungguh negeri yang sangat ideal untukku berkembang.
Indonesia, dalam dirimu tersirat kata “ONE” indONEsia, yang berarti satu. Engkau memang satu, tak tercerai berai, tak terpecah-pecah. “Bhinneka Tunggal Ika” aku masih ingat waktu masih duduk di sekolah dasar dulu, tersebut dalam salah satu pelajaranku, itulah semboyanmu. Meskipun seribu suku budaya dan bahasa tetap satu.
Indonesia, engkau begitu gagah, segagah burung garuda yang mengenakan perisai berisikan 5 butir ideologimu, itulah pancasila. Ideologi yang sangat dijujung oleh rakyatmu disegala bidang. Engkaupun mempunyai dasar hukum yang dirumuskan oleh para pahlawan bangsa tahun ’45 yang lalu, Undang-Undang Dasar 1945 namanya. Engkaupun sangat dipuji-puji oleh negeri lain karena kehebatanmu, bahkan rakyatmu ada yang menjadi pendidik di negeri orang.

Indonesia, negeri impian, negeri pujaan ,,,

Akan tetapi,,, tiba-iba aku tersentak dan baru aku ingat itu semua hanya lamunanku, angan-anganku yang tak sadar “nyangkut” di zona hayalanku,,,
Negeri itu tidak ada,,
Indonesia, engkau memang kaya, tetapi tidak untuk anak pertiwi
Indonesia, engkau memang indah, tetapi keindahanmu diberikan oleh para investor imigran yang hanya menyisihkan satu persen untuk anak pertiwi
Indonesia, mengapa aku sesak bernafas di negeri mu? Ku lihat sekitar ternyata, banyak sekali kendaraan bermotor memenuhi jalananmu ditemani oleh penghuni-penghuni jalanan yang entah bagaimana nasibnya, padahal telah diatur di UUD’45 warisan leluhur bangsa yang kau punya. Engkau tak lagi bersih, banyak sampah dimana-mana bahkan sampai ada korban tertimpa longsorang gunung sampah.
Indonesia, dimana ikan-ikan yang dulu segar ketika aku makan?? Nelayanmu tak melaut karena harga bahan bakar kapal yang begitu mahal. Sumberdaya alammu sudah habis dinikmati orang dari negeri tetangga.
Indonesia, mengapa engkau tercerai berai, banyak golongan yang tak jelas peruntukannya. Banyak bom sana sini, banyak cek-cok yang dipertontonkan seakan berada di panggung opera.
Indonesia, dimana warna hijau itu?? Burung dan mamalia penghuni “hijau” itu lari dan akhirnya mati karena tempat tinggal mereka telah dipangkas oleh tangan-tangan tak bertanggungjawab sehingga tak adalagi kicauan semangat seperti dulu yang ada kicauan dan raungan menunggu kepunahan.

Indonesia,,ini semua belum berakhir, ini memang sudah terlambat. Tapi, lebih baik terlambat dari pada sangat terlambat.
Engkau mempunyai pemuda yang mampu membangkitkanmu, memperbaikimu, meluruskan tujuan-tujuanmu. Tengoklah pemuda-pemuda itu indonesiaku. Mereka siap untuk mengembalikan puzzle kehidupanmu yang tercecer. Mereka mau dan mampu untuk mengangkat derajatmu dengan karya-karya yang luar biasa.
Indonesia, nasibmu ada di tangan pemudamu. 

-MQS
Pemuda Untuk Negeri

Rabu, 07 September 2011

Indonesiaku

Indonesiaku,,,
disini aku lahir..
disini aku besar..
negaraku...
dalam keadaan ini aku mengenalmu dengan kekuranganmu.
dalam mata ini aku melihat keadaanmu..
dalam telingan ini aku mendengar semua masalahmu..
dahulu kau bagai tiada banding..
sekarang semua kelebihanmu telah dilupakan..
jarang ada yang memandangmu..
jarang ada yang memperhatikanmu.
padahal kaulah the lost atlantis..
padahal kau lah singa dunia yang dapat mengaung keras..
Indonesiaku..
kekuatanmu ada pada pemudamu saat ini..
kekuatanmu ada kekayaan alammu saat ini..
tapi..
semua masyarakatmu tak pernah peduli akan kelebihanmu..
Indonesiaku...aku rindu dimana kemiskinan berkurang..
aku rindu dimana tiada anarkis..
aku rindu pemimpin yang jujur..
aku rindu pemimpin yang bisa membawamu menjadi jauh lebih baik..
negaraku kan ku abdikan diri ini untukmu dan masyarakmu..
semoga esok ketika aku telah mengabdi padamu,kau menjdi negara yang makin maju dengan kelebihanmu tanpa ada yang memanfaatkanmu lagi..


(sebuah puisi untuk negeriku tercinta)
by : pinkan

Selasa, 06 September 2011

“MENGHIDUPKAN KEMBALI JATI DIRI MAHASISWA SEBAGAI PIONIR PERUBAHAN SOSIAL”

Indonesia di Awal Mula Pergerakan
            Mahasiswa sebagai salah satu pilar civil society yang terdidik, secara kodratnya  memiliki tanggung jawab moral untuk membawa masyarakat ke alam kehidupan yang lebih baik dan demokratis. Secara rasional tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa adalah penerjemah dan pencari solusi atas merebaknya kegelisahan sosial.   
            Di awal mula sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa menjadi langkah awal cikal bakal perjuangan-perjuangan menuju arah kemerdekaan dan perubahan bagi sejarah bangsa kita. Sejarah perjuangan bangsa ini bermula pada tahun 1908. Pada waktu itu, di Jakarta 20 Mei 1908, pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA mendirikan sebuah wadah perjuangan yang bernama Boedi Utomo, merupakan sebuah organisasi pertama kali yang memiliki struktur pengorganisasian modern (kemudian diperingati sebagai Kebangkitan Nasional), wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
            Disamping itu, mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging (kemudian merubah nama Indonesische Vereeninging tahun 1922, dan Perhimpunan Indonesia tahun 1925). Pergerakan Mahasiswa-pun tidak hanya sampai disitu, pergerakan terus berlanjut dari tahun 1928 hingga memuncak pada tahun 1998.
            Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dan lain-lain pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menjadi awal mula munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
            Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928), Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), transisi politik 1966, di mana para pemuda dan mahasiswa mempelopori sebuah perubahan politik yang dramatis, mengantarkan munculnya era Orde Baru yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), dan sebagainya.
            Diawali dengan terjadinya krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Gedung wakil rakyat, yaitu Gedung DPR/MPR dan gedung-gedung DPRD di daerah, menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan untuk menurunkan Soeharto. Organ-organ Mahasiswa itu cukup banyak sekali, antara lain :
POSKO C Jayabaya, LMND, FKSMJ, Forkot/Forum Kota, Famred, Front Nasional, Front Jakarta, KAMMI, HMI MPO, FAM UI, Komrad, Gempur, Forum Bersama/Forbes, Jaringan Kota/Jarkot, LS-ADI Jakarta, HMR, KAM-JAKARTA, KBM-IPB, SMKR, KPRP, FKMY, SMUR, Agresu, FKMSB, FABRI, FKMB, FIM B, FAMU, GMIP, KPMB, FAF, KM ITB, KM UNPAR, PPPY, FAMPERA, LMMY, DEMA, SMPR,  Posperra, Frontier, FAMPR, FKPMMB, ABRI, APR ASPR, FORMAD, FPM, KAMI, FKMM, dan KONTRA.
Gerakan mahasiswa (tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998) akhirnya berhasil menumbangkan rezim otoriter dengan terus memobilisasi massa dan terus melakukan gerakan radikal. Reformasi telah meninggalkan perjuangan yang dipenuhi dengan air mata, darah dan nyawa. Inilah gerakan mahasiswa yang sesungguhnya, sebuah panggilan nurani untuk merubah kepemimpinan tiran dan menghegemoni negara dengan kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat.
            Itulah awal mula pergerakan mahasiswa Indonesai, para mahasiswa menggunakan gerakan radikal untuk mengembalikan nalar etika demokrasi. Gerakan tersebut dilakukan atas nama rakyat dan untuk memperjuangkan kepada kita semua hak sebagai mahluk bernegara.

Pergerakan Mahasiswa Indonesia Masa Kini.
            Mei 1998 adalah sejarah gerakan mahasiswa terkuat dalam menyuarakan aksi untuk menuntut demokrasi yang lebih terbuka dan fair. Tidak adanya keterbukaan dan rezim yang penuh pengekangan dipaksa untuk turun dari singgasananya yang sudah berkuasa 32 tahun. Pada akhirnya gerakan radikalisme harus diambil sebagai jalan perlawanan rezim otoriter.
            Namun seiring perjalanan reformasi sampai hari ini belum menunjukkan keberhasilan Indonesia menjadi welfare state (negara sejahtera). Masalah yang timbul adalah demokrasi  menunjukkan kebebasannya yang semakin memperlihatkan laku politik yang elitis dan tuli terhadap aspirasi. Begitu pula dengan mahasiswa saat ini, lebih mementingkan kelompok dan pribadinya masing-masing. Mahasiswa saat ini telah tercerai berai dan berbeda paham serta aliran. Bahkan sampai saat ini sangat disayangkan, mahasiswa tidak mampu untuk menyatukan tujuan bersama demi Indonesia sejahtera.
Mulai dari sekolah rendah, kita di ajar dengan ilmu yang bersifat dogma, serta sejarah yang dimanipulasi sedemikian rupa. Itu pun kita terima sebagai dogma. Dalam sistem pendidikan menengah pun, pada saat ini sama saja seperti itu. Sebab, kita diajari untuk mempelajari ilmunya dengan orientasi kerja. Jadi, kemerdekaan berfikir serta mempelajari ilmu serasa dibelenggu sistem yang membawanya pada orientasi tersebut.
Sistem pendidikan yang terlihat kaku dan diperburukkan dengan biaya pendidikan yang tinggi membebani mahasiswa, mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap daya kritis mahasiswa serta idelismenya. Sebab, mahasiswa dituntut secara penuh berfikir mengenai hal-hal akademis sehingga  pemikiran tentang kondisi bangsa dan rakyat menjadi terlupakan. Kondisi seperti itu, menjadikan Universitas benar-benar menjadi suatu angan-angan belaka bagi orang kecil untuk mencicipi bangku kuliah. Mahasiswa menjadi kelas yang elite dan sama sekali tidak tersentuh dengan persoalan kerakyatan. Dari sistem seperti itu, terbentuklah mentaliti mahasiswa yang saat ini kita rasakan hedonis dan pragmatis, sebab kita dari awal dicetak untuk hidup yang serba praktis dan tidak mencoba berdialog dalam setiap pemikiran. Kita terjebak dengan hanya berdebat di bilik kulia. Jarang sekali mahasiswa coba berfikir tentang persoalan kerakyatan, keagamaan, atau pun bagaimana konsep memajukan bangsa di era globalisasi ini. Mereka lebih suka diajak bersenang-senang untuk kepentingan pribadi yang bersifat sesaat, seperti kegiatan rekreatif (jika dibanding dengan kegiatan ilmiah).    
Mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis di negeri ini. Seperti melakukan kritik dan pengawasan terhadap kinerja pemerintah guna menjalankan fungsi sosial politiknya. Namun dapat kita saksikan saat ini, “taring” mahasiswa seolah-olah telah tumpul terkikis oleh zaman. Peran-peran mahasiswa tidak lagi nampak dipermukaan. Kalaupun ada, hanya angin lalu yang berhembus sedang tanpa menghasilkan dampak apapun. Bahkan, kredo mahasiswa yang menjadi stigma umum, “mahasiswa takut kepada dosen, dosen takut kepada dekan, dekan takut kepada rektor, rektor takut kepada presiden, dan presiden takut kepada mahasiswa” sekarang sudah tidak relevan lagi. Setelah tumbangnya rezim diktator presiden Soeharto, mahasiswa seakan-akan tidak memiliki buku pedoman tentang apa dan kemana ia harus membawa Indonesia. Reformasinya hanya menjadi eufhoria semata, bahkan pergerakan mahasiswa Indonesia saat ini tidak berorientasi pada apapun. Mahasiswa hanya larut dalam kemenangan “mahasiswa 98” tanpa bisa beradabtasi dengan kondisi dan permasalahan sekarang ini.
            Dewasa ini, harus kita sadari bahwa kita telah berada pada fase intelektualitas dan fase yang telah berubah, namun kenyataannya pola gerakan mahasiswa saat ini masih stagnan, tidak berubah sama sekali dan terus mengikuti pola-pola lama dengan aksi massa, mobilisasi massa, extra-parliamen movement tanpa memperhatikan efektifitas, tujuan dan kejelian mempertimbangkan sarana lain yang lebih efektif. Sungguh pragmatis para aktivis mahasiswa saat ini.
            Pola pergerakan mahasiswa era 98 sudah tidak relevan lagi untuk saat ini. Di mata masyarakat hal tersebut dipandang tak lagi positif dan tak memberi efektifitas tujuan yang hendak dicapai. Mengutip perkataan Antonio Gramsci, “Gerakan Sosial adalah gerakan yang selalu memiliki daya cipta kreasi sehingga tidak terjebak dalam pola-pola yan tidak yang tidak memberikan sesuai apa yang diharapkan.
            Padahal menurut Guru Besar Fakultas Teknik UNDIP, Prof. Eko Budiharjo, Msc, mahasiswa adalah pelopor perubahan, Sumpah Pemuda (1928), Proklamasi (1945), Orde Baru (1966), Orde Reformasi (1988) adalah bukti kekuatan para pemuda Indonesia.
            Padahal mahasiswa harusnya berjiwa idealis, progresive, militan, dan revolusioner untuk mempertanyakan segala hal dari yang bersifat pinggiran ke masalah yang bersifat asasi sekaligus melakukan perubahan-perubahan yang dicita-citakannya. Dalam dunia gerakan mahasiswa sudah tidak bisa lagi bertumpu pada hanya sekedar reorika semata.
Untuk itu, mahasiswa tidak bisa lagi mengandalkan tuntutan perjuangan semata dengan melupakan tanggung jawab sebagi seorang intelektual.  Kemampuan intelektual inilah yang saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh aktivis gerakan.  Mahasiswa terjebak dalam prilaku pragmatis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi tanpa melihat secara lebih mendalam tentang substansi permasalahan yang dihadapi.  Pada akhirnya gerakan mahasiswa maupun mahasiswa itu sendiri gagap terhadap setiap perkembangan jaman yang berubah secara cepat.
Paradigma Gerakan Mahasiswa Indonesia
Terkait dengan gerakan mahasiswa ada dua pendekatan atau paradigma yang mengemuka sejak munculnya gerakan kaum terpelajar yaitu gerakan politik atau gerakan moral.  Kedua pendekatan ini yang selalu mewarnai gerakan mahasiswa di Indonesia di luar mahasiswa-mahasiswa yang larut dalam dunia pragmatis.  Berbagai upaya untuk mendekatkan mahasiswa dengan masyarakat dilakukan baik melalui pola pemberdayaan masyarakat melalui LSM ataupun kelompok-kelompok studi.  Sementara itu, gerakan mahasiswa yang lebih cenderung ke arah politik lebih suka bermain di dataran elite partai maupu kekauasaan.  Hal ini yang seringkali meninbulkan persinggungan gerakan mahasiswa di Indonesia. Contoh yang paling mudah adalah pasca jatuhnya regim Soeharto maka gerakan mahasiswa terpolarisasi dalam berbagai gerakan, baik itu yang moralistik dengan mengedepankan intelektual maupun gerakan politik dengan terlibat dalam partai politik.  Bahkan saat ini muncul gerakan mahasiswa yang hanya berdasarkan orde.  Tentu kelompok yang terakhir ini sangat memprihatinkan kita semua baik itu yang lebih menggunkan pendekatan politik maupun moral.
Terlepas dari itu semua, gerakan mahasiswa sudah tidak bisa lagi hanya berdasarkan pendekatan moral dan intelektual semata atuapun pendekatan politik.  Keduanya harus sinergi sebagai upaya mencapai atau meraih apa yang mejadi cita-cita moral mahasiswa.  Untuk itu gerakan mahasiswa harusnya merupakan gerakan moral politik.  Mahasiswa tidak bisa lagi dikungkung dalam kampus semata dan bergulat dengan bidang keilmuwannya semata, mahasiswa harus selalu peduli dan kritis terhadap setiap permasalahan yang ada di bangsa kita.  Jika mahasiswa masih terpola dengan cara-cara lama maka gerakan mahasiswa akan  semakin tertinggal baik oleh para pragmatis yang selalu mencari keuntungan maupun kelompok-kelompok yang memiliki tujuan menghancurkan bangsa Indonesia.
Peran signifikan dari gerakan mahasiswa tidak bisa kita pungkiri dalam sebuah kemerdekaan bangsa. Mereka, mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor bagi perubahan sosial politik di Indonesia. Posisi mereka sangatlah unik, seperti ungkapan Anas Urbaningrum bahwa mahasiswa mempunyai “keikhlasan politik” dan senantiasa menjadi garda depan sejarah bangsa.
Karena sifat “keikhlasan politik” yang senantiasa mendasari kemurnian gerakan mahasiswa, mereka nyaris tidak mendapatkan “jatah kekuasaan” dari apa yang telah diperjuangkannya. Kepeloporan mahasiswa dan keikhlasannya ini dimanfaatkan oleh “badut-badut politik” yang mendompleng setiap aksi mahasiswa demi kepentingannya.
Maka dari itu Gerakan mahasiswa akan semakin kehilangan jati dirinya ketika ia memainkan perannya sebagai subordinasi dari orang per orang, dan bakal terkubur eksistensi sejarahnya apabila ia membiarkan dirinya menjadi alat penguasa, siapa pun pemegang kekuasaan itu.

Harapan Indonesia dan Mahasiswa ke Depan
Kalau dikatakan Aksi unjuk rasa merupakan sebuah alat pembentukan opini serta conditioning issue berdasarkan asumsi, kemudian aksi mahasiswa dipublikasikan di Media dan Masyarakat menjadi tahu akan masalah yang sedang terjadi. Maka penilaian seperti ini masih penilaian era otoritarian. Perlu diketahui bahwa selama mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa, hanya sedikit media yang meliputnya, kalaupun diliput dan dipublikasikan oleh media pasti aksi-aksi yang cenderung rusuh,  sehingga yang terbangun bukanlah hal positif tapi justru hal-hal yang negatif salah satunya seperti ketidakpercayaan rakyat kepada mahasiswa sebagai pionir perubahan sosial.
Oleh karena itu perlu sejatinya Gerakan Mahasiswa saat ini untuk melakukan refleksi diri setelah berjalan dalam panggung sejarah bangsa Indonesia selama lebih dari 100 tahun, serta membenahi diri untuk menuju Revitalisasi Gerakan Mahasiswa        
Setidaknya gerakan mahasiswa harus memiliki idealisme yang jelas. Dan pola gerakan yang juga jelas-tidak pragmatis. Sejatinya gerakan mahasiswa itu memiliki arah tujuan gerakan untuk mengembalikan peran strategis dan menjalankan fungsi sosial-politiknya. Serta gerakan mahasiswa tidak hanya mengusung aktivisme belaka tetapi lebih mengedepankan intelektualisme dalam setiap gerakannya. Pengurangan aksi-aksi unjuk rasa merupakan salah satu hal penting untuk kita mengubah pola lama menuju pola yang lebih baru dan lebih kreatif.
Kondisi mahasiswa sekarang sedang mengalami degradasi, baik dari segi intelektualisme, idealisme, patriotisme, maupun semangat jati diri mereka. Mahasiswa sekarang, cenderung untuk berpikir pragmatis dalam menghadapi persoalan. Ada dua persoalan yang mendasari analisis mengenai sebab-sebab hal tersebut, sehingga mahasiswa lebih bersikap hedonis.
1.      Pengaruh budaya Barat yang tidak tersaring telah meracuni pemuda dan mahasiswa. Mereka dengan mudah meniru budaya asing tanpa menyadari resikonya di masa yang akan datang. Seperti halnya kebiasaan berpesta pora, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
2.      Pengaruh dari sistem pendidikan yang membentuk mentaliti mahasiswa. Ternyata, pola atau sistem yang digunakan oleh Orde Baru untuk melenyapkan idealisme serta daya kritis sangatlah ampuh dan efektif, yaitu dengan menerapkan sistem kapitalis dalam bidang ekonomi yang cenderung konsumtif. Di samping itu, sistem yang diterapkan dalam pendidikan, yang berteraskan lulus pemeriksaan membentuk pola pikir serta mentaliti mahasiswa, yang hanya menjadikan mahasiswa layaknya sebuah kuli.
Untuk itu Indonesia mengharapkan para mahasiswa menjalankan kewajiban untuk mengubah mentalitas yang hedonis dan pragmatis tersebut kembali kepada jati diri mahasiswa, yang mempunyai idealisme tinggi. Salah satu jalan alternatif untuk itu adalah dengan menghadapkan langsung mahasiswa pada persoalan-persoalan kerakyatan. Di samping itu, supaya berjalan seimbang, fungsi perguruan tinggi sebagai fungsi pengabdian masyarakat (sesuai tri dharma perguruan tinggi) harus dilaksanakan tidak hanya terbatas pada simbol, tetapi benar-benar real di dalam aplikasinya. Hal itu, dimaksudkan untuk menolak pandangan bahwa kampus hanya untuk orang elite. Dengan begitu, idealisme serta daya kritis mahasiswa yang terasa hilang akan dapat dibangunkan kembali.
Kesimpulan
Sekali lag, harus kita sadari bahwa perubahan Indonesia yang lebih sejahtera terletak pada pundak pemuda saat ini. Nmaun, jika pemuda hari ini tetap pragmatis serta apatis tentang Indonesia kedepannya, maka bisa dipastikan 10 tahun mendatang masyarakat Indonesia tetap tidak akan maju oleh karena budaya pragmatis dan apatis telah mengakar saat ini.
Kondisi Indonesia diawal mula pergerakan hingga era reformasi (1908 – 1998) adalah cerminan sejarah yang tidak boleh kita semua lupakan dan harus dijadikan contoh mengenai apa yang mereka perjuangkan dizamannya, yaitu mereka semua tergerak karena pemerintahan yang otoritarian telah mengambil hak rakyat untuk bernegara di bangsa demokrasi.
Akan tetapi, gerakan mahasiswa saat ini tidak meniru sebagaimana mestinya. Mahasiswa meniru gerakan radikal yang sudah tidak relevan lagi untuk zaman sekarang ini. Padahal seharusnya mereka melihat dan mengaplikasikan perjuangan mahasiswa era reformasi yang menuntut hak-hak rakyat yang tertindas, bukannya melakukan gerakan titipan dari orang ataupun organisasi tertentu atau bahkan hanya mencari eksistensi dikalangan masyarakat.
            Gerakan Mahasiswa Indonesia telah keluar dari jalur yang seharusnya mereka tempuh. Maka dari itu, penulis mengingatkan kembali tentang pentingnya revitalisasi terhadap gerakan mahasiswa agar gerakan dari para mahasiswa Indonesia dapat kembali dijalannya dan Indonesia dapat semakin dekat menuju puncak kejayaannya.

Saran
            Sebagai saran yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan, maka penulis memberikan 5 poin sebagai berikut :
1.      Gerakan mahasiswa seharusnya membekali diri dengan kegiatan-kegiatan didalam maupun diluar kampus agar dapat meningkatkan beberapa kemapuan yang nantinya digunakan untuk dapat memimpin bangsa.
2.      Gerakan mahasiswa sudah seharunya memiliki kepentingan kolektif sebagai bangsa diatas segala ideologis yang memiliki keberagaman (plurarisme ideologi).
3.      Gerakan mahasiswa sudah saatnya bersatu padu untuk mendorong, menjaga, dan mengawal keberlangusngan “Demokrasi Politik” dan “Demokrasi Ekonomi”, melalui berbagai varian isu seperti supremasi hukum, kebebasan berserikat/berkumpul, kebebasan pers, anti-KKN, penegakan HAM, dan lain-lain.
4.      Mahasiswa seharusnya berkumpul dan bersatu, kemudian melakukan reorientasi agenda gerakan/perjuangan kolektifnya. Dan lebih memusatkan pada tema-tema mendasar seperti ancaman disintegrasi nasional, disparitas antar wilayah, bias otonomi daerah yang sering memunculkan ego/sentimen daerah yang justu mengancam stabilitas NKRI.
Dan yang terakhir saran dari penulis bahwa, Gerakan Mahasiswa Indonesia sudah saatnya mentradisikan motivasi perjuangan yang meletakkan pada loyalitas cita-cita bangsa dan negera, bukan pada orang per orang. Dan tidak membiarkan perannya dipermainkan sebagai subordinasi dari orang per orang, karena dengan begitu peran mahasiswa akan semakin terkubur eksistensi sejarahnya terlebih jika ia membiarkan dirinya menjadi alat penguasa, siapapun pemegang kekuasaaan.
 
By: Bayu Rizky Aditya.