Sabtu, 10 September 2011

Gerakan Nilai Sebagai Ciri Khas Gerakan Mahasiswa dalam Memperjuangkan Reformasi Total Tumpah Darah Indonesia


Cermin Perpolitikan Indonesia, Cermin Masa Depan Negaraku :
Gerakan Nilai Sebagai Ciri Khas Gerakan Mahasiswa dalam Memperjuangkan Reformasi Total Tumpah Darah Indonesia


              Ketika membahas perpolitikan di Indonesia, tak akan habis kata yang terucap, tak akan habis waktu tuk membahasnya. Terlalu banyak tumpang tindih kepentingan pribadi maupun golongan di dalamnya, alih-alih menemukan untuk kepentingan rakyat. Di mana suhu perpolitikan kadang memanas, kadang mendingin, tak menentu. Kesemuanya sangat berpengaruh pada kondisi kestabilan dari pemerintahan negara ini.
              Perpolitikan Indonesia sangat berkembang dimulai dari  masa proklamasi hingga kini. Di mana wajah perpolitikan tercoreng dengan hadirnya kader-kader politik dadakan yang kebanyakan tidak pernah ditempa dengan baik mengenai perpolitikan itu sendiri. Kemudian terjadilah konspirasi media yang tak terelakkan demi melanggengkan kekuasan di dunia perpolitikan Indonesia. Di mana banyak media disetir demi memberikan citra yang positif di mata masayarakat zamrud katulistiwa. Ironi, namun itulah kenyataan yang terjadi. Ketika ada uang, maka segala apapun bisa dihalalkan.
              Betapa moral sangat mempengaruhi perpolitikan, betapa perpolitikan sangat mempengaruhi masa depan negara ini. Karena keadaan politik saat ini, akan menentukan Indonesia kedepan. Karena politik menjadi suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Inilah politik, dengan berbagai sandiwara di dalamnya. Mengingat kekuasaan tanpa adanya landasan moral maka akan berdampak buruk bagi tatanan hidup dalam bernegara dan berbangsa.
              Maka itulah, dibutuhkan jiwa-jiwa baru pembawa perubahan dalam perpolitikan Indonesia, maka inilah tugas Mahasiswa. Karena bila dianalisis, aktifitas pergerakan mahasiswa seperti demonstrasi, orasi, seminar, kongres, pernyataan sikap, tuntutan dan lain-lain, sebenarnya merupakan aktifitas politik. Semua itu merupakan sarana komunikasi politik lisan dan tulisan. Jadi secara jujur tak bisa dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa merupakan gerakan politik. Namun, gerakan politik seperti apakah yang layak dimainkan pergerakan mahasiswa? Apa yang membedakannya dengan partai politik? 
              Partai politik merupakan gerakan politik kekuasaan (power political movement) dimana penetapan agenda dan target politik maupun pemilihan kawan dan lawan politik semata-mata hanya sebagai urusan taktis dan strategis dalam memperkuat pengukuhan posisi politik di percaturan kekuasaan sekarang maupun pada masa depan. Sedangkan gerakan mahasiswa memiliki ciri khas gerakan politik nilai (value political movement) yang melakukan penetapan agenda dan target politik maupun pemilihan kawan dan lawan politik tidak sebagai urusan taktis dan strategis untuk memperkuat posisi politik dalam  percaturan kekuasaan sekarang maupun pada masa depan. Sehingga gerakan mahasiswa dengan luwes menghindar dari jebakan dan manipulasi kepentingan elite maupun partai politik tertentu karena gerakan politik nilai ini menetapkan sejumlah agenda dan target politik baru. Dengan pertarungan gagasan, mahasiswa sekarang secara bersama bahu membahu, bersatu dalam membela dan mengawal reformasi total yang dicita-citakan.
              Rico Marbun (Mantan Ketua BEM UI yang menuntut Megawati mundur) berpendapat Gerakan Mahasiswa justru merupakan gerakan politik dan tidak perlu takut untuk menegaskan gerakan mahasiswa sebagai gerakan politik ekstra parlementer. Gerakan mahasiswa memiliki tanggung jawab secara politis atas bangsanya yang sedang dalam sakaratul maut dan mereka dituntut untuk melakukan gerakan politik secara aktif dan masif. 
              Karena inilah jati diri mahasiswa sebenarnya seperti yang telah digambarkan Lewis Coser bahwa mahasiswa sebagai ”yang tidak pernah puas dengan kenyataan sebagaimana adanya…mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada zamannya dan mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas”. Inilah pergolakan jiwa mahasiswa dalam menuntut tegakanya reformasi total.
              Tak cukup peran  mahasiswa sebagai director of change, social control, mapun iron stock. Namun mahasiswa dituntut sebagai pelurus bangsa yang berpolitik nilai. Karena mau tak mau mahasiswa kelak adalah pemimpin masa depan bangsa. Pelurus dalam kelengkungan-kelengkungan moral bobrok bangsa. Mahasiswa adalah kaum elite dari masyarakat, di mana mahasiswa mendapat beban moral sebagai penyambung lidah rakyat ketika pemerintah tak lagi berhati nurani. Mahasiswa sebagai generasi dan pelurus bangsa kedepannya harus sanggup menggantikan kekuasaan golongan tua yang pada hari ini  dalam memimpin dianggap memilik dosa-dosa masa lalu yang menjadikan mereka gagap melakukan reformasi dalam rangka transisi demokrasi total. Maka Mahasiswa harus siap dengan gerakan politik nilai ini dan harus siap dengan konsekuensi seperti yang disampaikan Imam Syafi’I : “Apabila orang muda terlalu cepat tampil menjadi pemimpin, maka ia akan kehilangan banyak waktu untuk ilmu!”. Meskipun demikian, bukan hal yang mustahil mahasiswa mengakselerasi kematangannya melalui tradisi ilmiah dan pergolakan sosial perpolitikan yang kental. 
              Ingatkah dengan penggalan lirik “Totalitas Perjuangan” yang sering digaungkan oleh mahasiswa? Terdapat bait “Kepada pewaris peradaban...yang telah menggoreskan...sebuah catatan kebanggaan...di lembar sejarah manusia” betapa bermaknanya bait ini, betapa sangat dibutuhkannya peran mahasiswa sebagai pewaris peradaban dalam menorehkan tinta emas pada lembar sejarah peradaban bangsa Indonesia.
Wahai pemuda bangsa, Indonesia membutuhkanmu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar