Rabu, 21 September 2011

Ibu Masiah ditengah Shelter 2 Gondang

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

            Bismillahirrohmanirrohim. . .
Ibu Masiah ditengah Shelter 2 Gondang
            Ketika saya menulis kisah ini, saya merasa berdosa, karena hanya bisa mengingat pengalaman itu, tapi tidak bisa bertindak apa-apa, karena terkendala masalah jangkauan yang cukup jauh, tapi saya mencoba sedikit berbagi kisah tentang apa yang
saya alami ketika berada didalam PPB 5, dan semoga bisa diperhatikan bersama pengalaman saya ini.
            Ibu Masiah  adalah seorang ibu rumah tangga dengan beranggotakan 2 orang anak. Salah seorang diantaranya telah berkeluarga dengan telah dikaruniai dengan seorang buah hati. Dan anak beliau yang satu lagi masih berumur 6 setengah  tahun. Dahulu anak ibu Masiah bekerja sebagai seorang petani didaerah sekitar rumahnya, akan tetapi karena dilanda bencana alam yaitu erupsi merapi tahun 2011,  sehingga meluluh lantahkan lahan nafkahnya, dan akhirnya mengalami gagal panen dengan skala besar.  Sedangkan anak ibu Masiah yang satu lagi masih berumur belasan tahun dan masih bersekolah serta sedang duduk di kelas 3 SMP didaerah sekitar rumahnya.
            Saat ini ibu Masiah menghidupi kedua orang anaknya sendirian. Hal tersebut terpaksa ia lakukan lantaran suami ibu Masiah sendiri telah meninggal sekitar 4 bulan yang lalu, tepatnya pada  bulan Mei. Hal tersebut mengakibatkan tugas ibu Masiah menjadi sedikit berat sebagai seorang ibu juga merangkap menjadi seorang pemimpin didalam keluarganya. Hingga ketika bercerita tentang hal ini, tak kuasa beliau menahan air mata mengingat kepergian seorang pemimpin rumah tangga yang sangat ia cinta. Begitupun kami, merasa berdosa menanyakan hal yang seharusnya tak kami ucapkan.
            Namun karena salah seorang dari anaknya telah menikah, dan juga telah mendapat pekerjaan agak sedikit mengurangi rasa beban yang dipikul oleh ibu Masiah. Beberapa penghasilan dari anaknya terkadang diberikan kepada ibu Masiah untuk dapat bertahan hidup di Shelter 2 Gondang.
            Sudah sekitar 3 bulan lebih berada di Shelter 2 dengan rumah yang cukup sederhana, dengan berdindingkan bambu dan beralaskan tanah tak membuat ibu Masiah beserta keluarga merasa lelah dengan kehidupan ini. Di Shelter sendiri ibu Masiah juga sedang berusaha menafkahi keluarga dengan berjualan jajanan ringan, seperti sayuran, dan kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi hal tersebut masih dirasa kurang untuk menafkahi dengan penuh kebutuhan keluarga ibu Masiah.
            Walaupun sudah mencoba untuk menafkahi hidup dengan berjualan, masih saja tetap dirasa kurang oleh ibu Masiah beserta keluarga. Belum lagi dengan masalah-masalah yang menyelimuti keluarga ibu Masiah yang terus dating silih berganti bak air hujan turun tak sendirian, cobaan it uterus datang berdatangan menghampiri ibu Masiah.
            Belum lama ini, ibu Masiah baru sembuh dari sakit. Dan ketika berobat di Posyandu, beliau malah  harus membayar sendiri bukan dari bantuan dana pemerintah, seperti halnya tempat tinggal beliau saat ini. Padahal seharusnya korban bencana erupsi seperti beliau dan warga lainnya harus mendapat perhatian penuh dan kebijakan yang lebih bijak lagi. Dan beliau sempat bercerita,  hingga saat ini keluarga ibu Masiah belum dapat membayar cicilan listrik. Sungguh mengherankan, korban bencana seperti beliau kehilangan rumah dan hartanya, lalu tinggal dipenampungan kumuh dan tidak layak seperit itu malahan tetap harus membayar tagihan listrik? Apa menurut anda ?
            Saya sendiri sedikit menitihkan air mata ketika kami menanyakan beberapa pertanyaan tentang harapan beliau ketika tinggal di Shelter 2 Gondang. Beliau berharap dapat hidup normal seperti dulu lagi, dapat tinggal dirumah layak seperti dulu lagi, dan harapan beliau beserta keluarga korban bencana erupsi merapi yang lain adalah adanya kebijakan pemerintah yang lebih baik dan bijak didalam menyikapi permasalahan mereka. Mereka mengharapkan toleransi meskipun hanya sedikit.  Wallahu alam . . .
             Bayu Rizky Aditya  . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar